Participatory Rural Appraisal (PRA)
[Penerapan PRA pada pelaksanaan Identifikasi Potensi Wilayah ]
Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) merupakan rangkaian kegiatan pada persiapan penyuluhan pertanian. IPW ditujukan menggali dan menganalisa berbagai data baik sekunder maupun primer yang meliputi potensi, permasalahan, hinggal alternatif pemecahan masalah berdasarkan sumber daya yang tersedia. Berbagai metode pendekatan dilakukan saat pelaksanaan IPW, mulai dari observasi, wawancara, hingga yang paling populer untuk saat ini yakni pemahaman secara partisipatif kondisi pedesaan atau Participatory Rural Appraisal (PRA). Dimana dengan metode PRA masyarakat desa berperan aktif dalam menyampaikan keadaan, menganalisis masalah hingga menetapkan solusi terbaik berdasarkan kemampuan dan potensi yang mereka miliki.
Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) merupakan rangkaian kegiatan pada persiapan penyuluhan pertanian. IPW ditujukan menggali dan menganalisa berbagai data baik sekunder maupun primer yang meliputi potensi, permasalahan, hinggal alternatif pemecahan masalah berdasarkan sumber daya yang tersedia. Berbagai metode pendekatan dilakukan saat pelaksanaan IPW, mulai dari observasi, wawancara, hingga yang paling populer untuk saat ini yakni pemahaman secara partisipatif kondisi pedesaan atau Participatory Rural Appraisal (PRA). Dimana dengan metode PRA masyarakat desa berperan aktif dalam menyampaikan keadaan, menganalisis masalah hingga menetapkan solusi terbaik berdasarkan kemampuan dan potensi yang mereka miliki.
Beberapa
prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam metode PRA anatar lain adalah : saling
belajar dan berbagi pengalaman, keterlibatan semua anggota kelompok dan
informasi, orang luar sebagai fasilitator, konsep triangulasi, serta
optimalisasi hasil, orientasi praktis dan keberlanjutan program (Rochdyanto,
2000). Penerapan pendekatan dan teknik PRA dapat memberi peluang yang
lebih besar dan lebih terarah untuk melibatkan masyarakat. Selain itu
melalui pendekatan PRA akan dapat dicapai kesesuaian dan ketepatgunaan program
dengan kebutuhan masyarakat sehingga keberlanjutan (sustainability)
program dapat terjamin.
Beberapa hal prinsip yang
ditekankan dalam PRA :
A. Saling belajar dari kesalahan dan berbagi
pengalaman dengan masyarakat
Prinsip dasar PRA bahwa PRA
adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti bahwa PRA dibangun
dari pengakuan serta kepercayaan masyarakat yang meliputi pengetahuian
tradisional dan kemampuan masyarakat untuk memecahkan persoalannya
sendiri. Prinsip ini merupakan pembalikan dari metode pembelajaran
konvensional yang bersifat mengajari masyarakat. Kenyataan membuktikan
bahwa dalam perkembangannya pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat
tidak sempat mengejar perubahan yang terjadi, sementara itu pengetahuan modern
yang diperkenalkan orang luar tidak juga selalu memecahkan masalah. Oleh
karenanya diperlukan ajang dialog di antara ke duanya untuk melahirkan sesuatu
program yang lebih baik. PRA bukanlah suatu perangkat teknik tunggal yang
telah selesai, sempurna, dan pasti benar. Oleh karenanya metode ini
selalu harus dikembangkan yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat.
Kesalahan yang dianggap tidak wajar, bisa saja menjadi wajar dalam proses
pengembangan PRA. Bukannya kesempurnaanpenerapan yang ingin dicapai,
namun penerapan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada dan mempelajari
kekurangan yang terjadi agar berikutnya menjadi lebih baik. Namun PRA
bukan kegiatan coba-coba (trial and
error) yang tanpa perhitungan kritis untuk meminimalkan kesalahan.
B. Keterlibatan semua anggota kelompok,
menghargai perbedaan, dan informal
Masyarakat bukan kumpulan orang
yang homogen, namun terdiri dari berbagai individu yang mempunyai masalah dan
kepentingan sendiri. Oleh karenanya keterlibatan semua golongan
masyarakat adalah sangat penting. Golongan yang paling diperhatikan
justru yang paling sedikit memiliki aksesdalam kehidupan sosial komunitasnya
(miskin, perempuan, anak-anak, dll). Masyarakat heterogen memiliki
pandangan pribadi dan golongan yang berbeda. Oleh karenanya semangat
untuk saling menghargai perbedaan tersebut adalah penting artinya. Yang
terpenting adalah pengorganisasian massalah dan penyusunan prioritasmasalah
yang akan diputuskan sendiri oleh masyarakat sebagai pemiliknya. Kegiatan
PRA dilaksanakan dalam suasana yang luwes, terbuka, tidak memaksa, dan
informal. Situasi santai tersebut akan mendorong tumbuhnya hubungan
akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai anggota bukan sebagai
tamu asing yang harus disambut secara protokoler. Dengan demikian suasana
kekeluargaan akan dapat mendorong kegiatan PRA berjalan dengan baik.
C. Orang
luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku
Konsekuensi dari prinsip pertama,
peran orang luar hanya sebagai fasilitator, bukan sebagai pelaku, guru,
penyuluh, instruktur, dll. Perlu bersikap rendah hati untuk belajar dari
masyarakat dan menempatkannya sebagai nara sumber utama. Bahkan dalam
penerapannya, masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan. Secara ideal
sebaiknya penentuan dan penggunaan teknik dan materi hendaknya dikaji bersama,
dan seharusnya banyak ditentukan oleh masyarakat.
D. Konsep triangulasi
Untuk bisa mendapatkan informasi
yang kedalamannya dapat diandalkan, bisa digunakan konsep triangulasi yang
merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check
and recheck). Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman
keanggotaan tim (disiplin ilmu), sumber informasi (latar belakang golongan
masyarakat, tempat), dan variasi teknik.
Penggunaan variasi dan kombinasi berbagai teknik PRA, yaitu
bersama masyarakat bisa diputuskan variasi dan kombinasi teknik PRA yang paling
tepat sesuai dengan proses belajar yang diinginkan dan cakupan informasi yang
dibutuhkan dalam pengembangan program.
Menggali berbagai jenis dan sumber informasi, dengan mengusahakan kebenaran
data dan informasi (terutama data sekunder) harus dikaji ulang dan sumbernya
dengan menggunakan teknik lain.
Tim PRA yang multidisipliner, dengan maksud sudut pandang yang
berbeda dari anggota tim akan memberi gambaran yang lebih menyeluruh
terhadappenggalian informasi dan memberi pengamatan mendalam dari berbagai
sisi.
E. Optimalisasi hasil
Pelaksanaan PRA memerlukan waktu,
tenaga narasumber, pelaksana yang terampil, partisipasi masyarakat yang
semuanya terkait dengan dana. Untuk itu optimalisasi hasil dengan pilihan
yang menguntungkan mutlak harus dipertimbangkan. Oleh karenanya kuantitas
dan akurasi informasi sangat diperlukan agar jangan sampai kegiatan yang
berskala besar namun biaya yang tersedia tidak cukup.
F. Berorientasi praktis
Orientasi PRA adalah pemecahan
masalah dan pengembangan program. Dengan demikian dibutuhkan penggalian
informasi yang tepat dan benar agar perkiraan yang tepat akan lebih baik
daripada kesimpulan yang pasti tetapi salah, atau lebih baik mencapai perkiraan
yang hampir salah daripada kesimpulan yang hampir benar.
G. Keberlanjutan program
Masalah dan kepentingan
masyarakat selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat itu
sendiri. Karenanya, pengenalan masyarakat bukan usaha yang sekali
kemudian selesai, namun merupakan usaha yang berlanjut. Bagaimanapun juga
program yang mereka kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar PRA yang digerakkan
dari potensi masyarakat.
H. Mengutamakan yang terabaikan
Prinsip ini dimaksudkan
agarmasyarakat yang terabaikan dapat memperoleh kesempatan untuk berperan dan
mendapat manfaat dalam kegiatan program pembangunan. Keperpihakan pada
pihak atau golongan masyarakat yang terabaikan bukan berarti bahwa golongan
masyarakat lainnya (elite masyarakat) perlu mendapat giliran untuk diabaikan
atau tidak diikutsertakan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk
mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan dan lapisan yang ada
di masyarakat, dengan mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya
dapat meningkat.
I. Pemberdayaan
(Penguatan) masyarakat
Kemampuan masyarakat
diitingkatkan melalui proses pengkajian keadaan, pengambilan keputusan,
penentuan kebijakan, peilaian dan koreksi terhadap kegiatan yang
dilakukan. Dengan demikian masyarakat memiliki akses 9peluang dan
kesempatan) serta memiliki kemampuan memberikan keputusan dan memilih berbagai
keadaan yang terjadi. Dengan demikian mereka dapat mengurangi
ketergantungan terhadap bantuan 'orang luar'.
J. Santai dan informal
Penyelenggaraan kegiatan PRA
bersifat luwes, tidak memaksa, dan informal sehingga antara orang luar dan
masyarakat setempat terjalin hubungan yang akarab, orang luar akan berproses
masuk sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian kedatangan orang luar
tidak perlu disambut atau dijamu secara adat oleh masyarakat dan tokohnya
maupun oleh pemerintah setempat. Orang luar yang masuk harus memperhatikan
jadwal atau waktu kegiatan masyarakat, sehingga penerapan PRA tidak mengganggu
kegiatan rutin masyarakat.
K. Keterbukaan
PRA sebagai metode dan perangkat
teknik pendekatan kepada masyarakat masih belum sempurna, dan belum
selesai. Berbagai teknik penerapannya di dalam praktik masih terus
dikembangkan dan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat
setempat. Oleh karena itu berbagai pengalaman penerapan tersebut
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperbaiki konsep dan
pemikiran serta dalam merancang teknik-teknik baru sehingga sangat berguna
dalam memperkaya metode ini.
Dari
berbagai sumber yang membahas tentang metode PRA untuk IKW, ada kesamaan dalam
hal tahapan proses pelaksaan, Dimana kegiatan PRA diawali dengan persiapan
meliputi perkenalan dan sosialisasi program. Tahap kedua pelaksanaan penggalian
informasi dengan instrumen yang selalu dikombinasikan. Tahapan terakhir evaluai
dan rencana tindak lanjut dari hasil identifikasi. Berikut ini adalah
pengenalan 3 instrumen yang populer digunakan untuk penggalian masalah dengan
metode PRA (Silahkan di download, file
dalam bentuk Ms. Powerpoint) :
(disampaikan
oleh Kelompok Jabatan Fungsional dalam kegiatan pembekalan penerapan metode PRA
pada temu teknis penyuluh pertanian kab. Hulu Sungai Utara)
PRA
sebagai sebuah metode pendekatan masyarakat yang semakin populer untuk
diterapkan bukan berarti tanpa kelemahan. Seperti umunya metode pendakatan
lain, metode PRA perlun untuk selalu di kembangkan. Cepatnya adopsi terhadap
metode PRA menimbulkan kemungkinan kurangnya pemahaman dan penghayatan prinsip
dasar dari metode tersebut, hal ini dapat menyebabkan terbatasnya masalah yang
dapat digali serta solusi yang tidak tepat untuk memenuhi kebutuhan nyata
masyarakat. Untuk menghindari hal tersebut, kesiapan petugas dan fasilitas
untuk menampung aspirasi mayarakat harus terus ditingkatkan, serta ditunjang dengan improvisasi untuk
menimbulkan gairah pada masyarakt sasaran agar mau berperan aktif dalam
kegiatan PRA. Kendala lain adalah teknis pelaksanaan yang mengikat secara waktu (waktu terbatas) dan administratif, hal ini dapat menyebabkan PRA menjadi kegiatan formalitas
untuk kedok dasar sebuah program, atau hanya menjadi kegiatan tanpa gairah karena
terjebak dalam rutinitas dan kebiasaan tahunan yang membosankan.
Referensi :
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam
Pembangunan Pertanian: Perlunya Implementasi “Pra”, Pendekatan Kultural Dan
Struktural.Sri Wahyuni.Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian, Bogor
Mengenal Participatori Rural Appraisal.
http://malut.litbang.pertanian.go.id/index.php/publikasi/buku/179-mengenal-participatory-rural-appraisal-pra6
0 Response to "Participatory Rural Appraisal (PRA) "
Posting Komentar