E-Reporting Perhitungan Luas Lahan
(Pengalaman dengan Program E-Reporting Luas Lahan Baku Sawah)
Selisih data luas lahan antar instansi memicu dilakukannya pendataan ulang jumlah luas lahan pertanian. Diluar perbedaan data tersebut data luas lahan merupakan basic data yang sangat penting untuk dikuasai karena akan menjadi dasar perhitungan luas penguasaan lahan, luas tanam, luas panen, produktifitas, dst. Faktor lain yang menjadi dasar perlunya pendataan ulang diantaranya adalah perpindahan/alih fungsi lahan karena perkembangan sektor diluar pertanian. Data luas lahan merupakan salah satu dasar penting dalam menentukan program kegiatan hingga penentuan kebijakan disuatu wilayah khususnya sektor pertanian, maka sangat wajar kegiatan pendataan/pengukuran luas lahan menjadi perhatian besar.
Selisih data luas lahan antar instansi memicu dilakukannya pendataan ulang jumlah luas lahan pertanian. Diluar perbedaan data tersebut data luas lahan merupakan basic data yang sangat penting untuk dikuasai karena akan menjadi dasar perhitungan luas penguasaan lahan, luas tanam, luas panen, produktifitas, dst. Faktor lain yang menjadi dasar perlunya pendataan ulang diantaranya adalah perpindahan/alih fungsi lahan karena perkembangan sektor diluar pertanian. Data luas lahan merupakan salah satu dasar penting dalam menentukan program kegiatan hingga penentuan kebijakan disuatu wilayah khususnya sektor pertanian, maka sangat wajar kegiatan pendataan/pengukuran luas lahan menjadi perhatian besar.
Tindak lanjut keadaan tersebut, Aparatur Dinas Pertanian daerah
pada bidang terkait bersama Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan mendapat
instruksi untuk melakukan pendataan luas lahan melalui program E-Reporting Luas
Lahan Baku Sawah. Tulisan ini bertujuan membagikan pengalaman dilapangan saat
melakukan kegiatan tersebut, dengan instrumen berupa aplikasi yang telah
disosialisasikan sebelumnya. Mengingat program ini sangat baru dan hangat (10
hari saat tulisan ini dimuat) sangat wajar jika kedepannya perlu penyempurnaan
pada ulasan ini, untuk itu mohon maaf jika masih banyak kekeliruan dan
kekurangan.
Smartphone dengan Teknologi GPS (Global Positioning System) merupakan
alat utama dalam pelaksanaan program E-Reporting. Beruntung kebanyakan smartphone
sekarang sudah cukup canggih untuk menangkap signal/frekuensi dengan minimal
ditemani dua hingga tiga satelit baik dari A-GPS, GLONAS atau BDS (biasanya disebutkan
pada keterangan fitur). Kemampuan smartphone menangkap dan menggunakan hingga
10 signal ini dapat memberikan tingkat akurasi yang sangat baik (< 3 m),
sehingga kesalahan hitung luasan lahan dapat diminimalisir (meskipun tanpa
mengaktifkan paket data internet). Selain menggunakan GPS, akurasi sinyal juga
ditunjang jaringan selular dengan sett mode akurasi tinggi pada pengaturan
lokasi di smarthpne, namun hal ini tidak banyak membantu jika sedang berada di
wilayah yang jauh dari jangkauan sinyal jaringan selular, atau pada saat fakir
kuota J.
bagian saat
sosialisasi E-Reporting seperti cara untuk login di htpp://etc.tanamanpangan.pertanian.go.id/apps/reporting
atau cara menempatkan aplikasi E-reporting pada layar smartphone tidak akan
dibahas disini. Selanjutnya akan dijabarkan pengalaman saat melakukan
pengukuran lahan dengan aplikasi GoogleMap, OpenCamera, GPS Test dan tentu saja
E-Reporting (akan dijabarkan satu persatu). Pengukuran dilaksanakan pada
beberapa Desa di Wilayah Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi
Kalimantan Selatan.
Persiapan
1. Koordinasi
Seperti
disebutkan pada bagian awal, kegiatan pengukuran luas lahan ini nampaknya
didasari perbedaan data, untuk itu
koordinasi dengan aparat desa sangat amat sungguh penting. Selain untuk
menyamakan data, sebelum menentukan titik koordinat juga harus diketahui
batas-batas desa untuk menghindari tumpang-tindih lahan yang didata.
2.
Pengumpulan data awal
Data Luas
Lahan Pertanian Desa, jika belum ada bisa di akses pada data BPS (kecamatan
dalam angka pada tahun terbaru) biasanya data ini sudah ada pada masing-masing
penyuluh.
Peta
Kecamatan, untuk koordinasi menentukan batas-batas desa yang akan didata, contoh
:
Citra
satelit untuk menentukan koordinat titik yang akan dituju, bisa didapat dengan
mengakses langsung situ google Map contoh :
3.
Memastikan 3 (tiga) aplikasi tambahan sudah terinstal dan berfungsi
dengan baik
GPS Test,
untuk mengetahui ke akuratan signal GPS, baik saat online (terhubung internet jaringan
selular) maupun offline.
Biasanya awan/mendung akan mempengaruhi
akurasi signal GPS dan suasana hati
GoogleMap,
untuk mengarahkan ke titik lokasi, dan memastikan sudah berada pada titik yang
tepat sebelum mengambil foto.
Opencamera
untuk merekam foto beserta koordinat lokasi, stamp/keterangan foto, dan
informasi lain yang terlampir pada foto.
4. Membentuk Tim dan membawa lebih dari 1 smartphone
Memang sangat mungkin pelaksanaan pengukuran luas lahan dengan
E-Reporting dilakukan oleh 1 atau 2 orang, namun kemungkinan data tidak akurat dan kesasar semakin tinggi. Untuk itu, pada saat pengambilan titik minimal bersama 1 rekan penyuluh/KUPT/Ass.KUPT serta minimal 1 orang tokoh masyarakat/kelompok tani/aparat desa
(KADES jika bersedia) yang sudah hafal batas dan medan Desa. Dibutuhkan minimal 2 (dua) smartphone sehingga dapat membantu mem-backup data titik lokasi yang dikumpulkan (rekam foto dan titik
koordinat pada 2 smartphone) serta dokumentasi kegiatan, hal ini untuk menjaga
kemungkinan Smartphone error, lowbatt, na'as (kecebur).
5.
Persiapan bekal minum, makan, fisik dan mental, karena mungkin saja titik yang dituju berada di ujung desa yang berbatasan dengan
Kecamatan, Kabupaten, Provinsi atau bahkan "nagara" lain. Intinya, kegiatan ini akan lebih melelahkan dari pada biasanya, kecuali
sudah terbiasa jalan 2-3 km/hari di medan yang cukup sulit.
Pada saat pengambilan titik koordinat, tidak langsung menggunakan aplikasi seperti dijelaskan saat sosialisasi : memasukkan data dengan
membuka aplikasi E-Reporting, ambil foto dan upload (murni pengalaman pribadi, jika bisa langsung upload sama sekali bukan masalah). Perekaman foto dan titik koordinat
dengan aplikasi opencamera secara berurutan dan memberi nama (stamp pada foto)
dengan kode untuk memudahkan saat upload
data.
Hal ini karena pada saat pengambilan titik ke 1 sulit mempertahankan aplikasi
tetap terbuka dan tetap terhubung pada jaringan seluler. Kadang aplikasi akan
tertutup saat berjalan menuju titik ke 2, saat dibuka kembali harus login ulang,
dan ternyata foto di titik 1 yang sudah direkam tidak tersimpan. Zonk
Foto diambil (shoot) pada tepian lahan (jika memungkinkan),
dengan tujuan untuk akurasi titik koordinat yang terekam pada foto, dan merubah
stamp foto pada aplikasi opencamera adalah hal yang sering terlupakan.
Berikut
contoh foto yang sudah direkam beserta titik koordinat :
Memasukkan data titik koordinat pada aplikasi
E-Reporting
Tiadak ada
kendala selama semua titik koordinat dapat dikumpulkan, dengan kode yang
memudahkan mencari file foto, maka proses upload berjalan lancar. Berikut hasil
nya :
Evaluasi
Melihat dan
membandingkan hasil pemetaan dengan peta wilayah pada data dasar, rencananya peta
akan di koordinasikan kembali dengan aparat Desa untuk memastikan peta memang
berada dalam wialayah Desa, serta jumlah luas lahan sudah sesuai dengan keadaan.
Uraian diatas mungkin akan berbeda pada wilayah lain, karena karakter medan dan keadaan tiap-tiap daerah memiliki keunikan tersendiri. Setidaknya mudahan pengalaman ini bisa menjadi sedikit tambahan bahan bagi rekan penyuluh untuk melaksanakan program E-reporting Luas Lahan Baku Sawah. Dan jika ada hal yang tidak tepat maka jangan ditiru, agar tidak terjerumus pada lubang yang sama karena wilayah kerja kita berbeda.
0 Response to "E-Reporting Perhitungan Luas Lahan"
Posting Komentar